Bahaya Bila Marahi Anak Saat Mengompol
Theresia Karo Karo Official Writer
Usia anak sekolah, sudah tidur terpisah dengan orang tua, namun masih mengompol? Situasi seperti ini bisa menjadi hal yang menjengkelkan bagi ibu dan ayahnya. Meskipun begitu, orang tua diharapkan untuk tidak langsung memarahi anak saat mengompol.
Studi yang dipimpin peneliti Dr. Faten Nabeel Al-Zaben dari King Abdulaziz University, Jeddah, Arab Saudi menyimpulkan bahwa memarahi anak saat mengompol hanya akan memperparah keadaan. Mengompol malam hari atau dalam bahasa ilmiahnya disebut nocturnal enuresis, mempengaruhi 15 persen anak-anak di seluruh dunia. Hal ini kebanyakan dialami oleh anak laki-laki, tiga kali lipat dibandingkan dengan perempuan.
Pada dasarnya mengompol merupakan hal yang wajar, karena hal ini terjadi pada 15 sampai 20 persen anak di usia sekolah dasar. Anak-anak yang tubuhnya merespon dengan baik mampu langsung bangun dan pergi ke kamar mandi, saat merasa kandung kemihnya penuh. Hal yang sebaliknya terjadi pada anak dengan respon tubuh yang kurang baik, sehingga mereka tidak bisa bangun dan buang air kecil di tempat tidur.
Penelitian yang dipublikasikan di Jurnal ‘Child Abuse and Neglect’ ini juga menemukan bahwa hampir sepertiga orang tua menghukum anak-anak mereka karena sering mengompol di malam hari. Tindakan ini tidak lantas membuat anak akan langsung berhenti mengompol, namun anak akan menjadi lebih sering mengompol, depresi, bahkan mempengaruhi kualitas hidup yang lebih rendah kedepannya.
Penelitian ini membandingkan 65 anak yang masih memiliki kebiasaan mengompol di usia tujuh sampai 13 tahun dengan 40 anak yang tidak memiliki kebiasaan mengompol. Selanjutnya, peneliti juga membagi anak yang mengompol menjadi dua grup, yakni yang sering dimarahi dan yang tidak.
Didapati bahwa kelompok anak yang dihukum, lebih sering mengompol dibandingkan dengan anak yang tidak dihukum. Selain itu, anak-anak yang menerima omelan juga menunjukkan tanda-tanda depresi yang lebih parah dibandingkan dengan kelompok lainnya.
Depresi pada anak akan berakibat semakin parah apabila orang tua menghukum dengan hukuman fisik. Dalam laporannya peneliti menuliskan, “Inkontinensia urin mempengaruhi baik anak dan keluarga pada beberapa tingkatan tertentu. Hal ini sering menjadi sumber rasa malu untuk anak yang terkena dampak, dan anak-anak yang gagal menjalani pengobatan akan memiliki percaya diri yang rendah.”
Oleh sebab itu, bila ingin agar anak tidak mengompol, orang tua yang harus membantunya. Pertama dengan terapi perilaku sederhana, yakni membiasakan anak ke toilet pada malam hari agar mereka terbiasa untuk buang air kecil.
Cara kedua adalah dengan urotherapy. Terapi ini dipraktekkan dengan memastikan anak untuk mendapat asupan cairan yang cukup, yaitu sekitar lima hingga enam gelas perhari. Selain itu menghindari makanan dan minuman seperti jeruk, melon, soda, dan yang mengandung kafein, seperti teh atau susu cokelat karena dapat mengiritasi kemih. Dan terakhir adalah dengan memperhatikan suhu kamar agar tidak terlalu dingin.
Sumber : Detik/Kaltimpost.co.id by tk
Halaman :
1